Senin, 02 Desember 2013

Beruntung akibat diremehkan

Jarang sekali orang mau diremehkan. Biasanya belum apa2 sudah menonjolkan dulu apa yang
menurutnya dianggap sebagai kelebihan yang lebih dari orang lain. Jika kelewatan, barangkali itu yang kemudian narsis. Kecenderungan menyombongkan sesuatu pada diri, adalah bentuk serangan sebagai pertahanan yang paling kuat. Namun lain dengan cerita ini.
Artikel yang berisi bagaimana seseorang diremehkan, namun malah mendapatkan keberuntungan. Lumayaaaan….
Ada dua opsi tentang “yang diremehkan”. Pertama, karena memang remeh alias tidak
berharga. Walaupun kriteria antara
berharga dan tidak berharga bersifat relatif. Seperti halnya penting dan tidak penting, juga relatif. Karena dunia ini luas. Pemikiran juga luas dan bermacam-macam. Masing-masing sudut pandang wajar jika berbeda-beda dalam anggapan.
Kedua, aslinya tidak remeh, tapi
diremehkan. Seperti cerita berikut ini.
   Kisah bagaimana seseorang yang diremehkan, malahan mendapat berkah. Lumayaaan…..
Sebenarnya cerita ini cerita lama. Ini tentang kisah petani tembakau di daerah Temanggung, Jawa Tengah. Pada suatu hari setelah panen, petani tersebut mau membeli sepeda motor untuk
anaknya. Kemudian beliau mendatangi sebuah dealer sepeda motor di kota. Penampilan petani yang biasa di bawah terik terbakar matahari, ya secara umum begitulah. Saat berangkat mendatangi dealer, Pak Petani cuma memakai celana hitam gombrong 3/4 yang biasa dipakai kerja. Ditambah dengan memakai sarung yang digulung besar di bagian depan. Lengkap sudah untuk diremehkan.
Sesampai di dealer sepeda motor, petani tersebut bertemu dengan entah sales, supervisor, atau anggap saja pemilik. Terjadilah dialog yang kira-kira sebagai
berikut:
Petani: “Pak, kulo ajeng mundhut
sepeda montor.”
(Pak, saya mau beli sepeda
motor)
Pemilik Dealer: “Walah Pak, yen mung sampeyan sing arep tuku, telung yuto tak wenehke.”
(Walah, Pak, Kalau hanya anda
yang mau beli, tiga juta saya berikan).Dengan nada meremehkan.
   Kebetulan di dealer sepeda motor tersebut sedang banyak orang, sehingga banyak juga yang menjadi saksi.
Petani: “O nggih kulo purun telung
yuto!”
(Oh iya, saya mau harga tiga juta!)
Petani itu kemudian membuka gulungan sarungnya yg ternyata penuh dengan uang, bahkan lebih dari 10 juta.
Cerita ini konon begitu melegenda. Hingga akhirnya Bapak Petani itu bisa membawa pulang sepeda motor cukup dengan 3 juta, padahal harga sebenarnya adalah 10 juta-an. Lumayaaaaan . . . !!
Ada yang ingin diremehkan seperti itu?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar